Selasa, 22 April 2008

Is Islamic banking too Islamic for some??

Islamic finance has surged as more of the world’s 1.3 billion Muslims demand services that comply with their beliefs, but the religious link may also be a barrier to growth in non-Muslim and even secular-leaning Islamic states.The industry not only faces barriers in the West, but even in some Muslim states which may have an interest in appearing more secular.

“One barrier of entry is the link with Islam. Islam in the West has a negative connotation. That is the feeling within the retail market that we are targeting,” Ashraf Bseisu, a general manager at Islamic insurer Solidarity, told the Reuters Islamic Banking and Finance Summit.

Islamic law, or sharia, bans charging interest and prohibits investment in sectors such as alcohol and gambling. Solidarity said this could attract non-Muslims looking for ethical financial services, a market it aims to tap in the West.

From Islamic banking’s origins in the Gulf and Malaysia, there are now over 300 Islamic financial institutions spread among 75 countries, up from almost nothing 30 years ago, Kuwait’s Global Investment House said in a January report.

But even in some Islamic states the sector faces hurdles.

In Egypt, Islamic bankers say the government, which is facing a political challenge from the Islamist group Muslim Brotherhood, has not been as keen to promote the industry as Gulf countries, or even Britain.

Mainly Muslim Turkey is secular and is aiming to join the European Union. Tens of thousands of Turks rallied on Saturday in protest at a plan to lift a ban on women students wearing the Muslim headscarf at university.

“One of the difficulties facing Islamic finance in some countries is that if you were to designate some banks as Islamic and others not, you could be seen to be … overly promoting an Islamic identity, which in today’s age could lose some influential friends,” said Harris Irfan, a director at Deutsche Bank in Dubai.

MISCONCEPTION RISK

Business between Islamic and Western financial institutions is far less subject to the kind of hostility found in the retail sector, bankers said. The bulk of Gulf Islamic bond sales were snapped by Western and Asian institutions.

But many bankers added that they played down their Islamic credentials to focus on their business abilities.

“Unicorn’s business model has always been ‘don’t play the sharia card first’ … We say we’re a professional investment bank,” said David Pace, chief financial officer of Bahrain-based Unicorn Investment Bank, which recently acquired two US firms.

“We never hide it. We’re not ashamed to be an Islamic institution, but that’s not our only selling point,” he added.

Even then, institutions with seemingly little outward connection to Islamic finance, such as Bahrain-based Arcapita, have attracted the vitriol of some who see its compliance with sharia law as suspect.

The firm, which owns Northern Ireland’s largest utility Viridian, also owns 60 percent of US-based Caribou Coffee, triggering negative comments on several Web sites.

“I suspect that most Americans would not want to support sharia law, from both the right (Christians) and the left (Feminists) … Do I want the profits generated from Caribou to support sharia law, and Islamic charities?” reads one Web site.

In a January report on risk factors facing Islamic banking, ratings agency Moody’s said risk might stem from the misconception that banks following Islam’s requirement that Muslims donate some of their earnings to charity, or zakat, could be “close to violent militant groups”.



http://konsultasimuamalat.wordpress.com/2008/02/08/is-islamic-banking-too-islamic-for-some/

Senin, 14 April 2008

PROFIL PONDOK MODERN AL-KAUTSAR SAIL PEKANBARU RIAU

KILAS BALIK

Kilas balik Pondok Modern al-Kautsar dapat ditelusuri dalam empat periode. Secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :

I . Periode Sosialisasi Gagasan ( th. 1983 – 1987 )

Berdirinya Pondok Pesantren al-Kautsar tidak terlepas dari ide serta perenungan H.Syarifuddin Rasyid (wakif) yang diilhami firman Allah surat al-Hujurat : 15 dipenghujung tahun 1983. kendala terbesar dalam realisasi gagasan tersebut adalah ketiadaan SDM yaitu pengasuh pondok dan guru. Sosialisasi ide dilakukan diberbagai kesempatan khususnya kepada para orang tua santri Gontor yang tergabung dalam POSGORI (Persatuan Orang Tua Santri Gontor Riau). Kondisi ini terus berlanjut sampai akhir 1987. Pada tahun itu mulai mendapat respon positip dari Posgori yang diwujudkan dengan mendirikan Yayasan Dakwah Budaya Islamiyah Riau.

II. Periode Awal Pendirian Pesantren (1987-1991)

H. Syarifuddin Rasyid bersama beberapa anggota yayasan menghadap K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A Pimpian Pondok Modern Gontor Gonorogo untuk mengajukan permohonan bantuan tenaga pengajar. 2 mei 1988 al-kautsar resmi berdiri sebagai pondok pesantren dengan akta notaris no. 97 Syawal Sutan Diatas 25 Januari 1989. Santri angkatan pertama berjumlah 8 orang yang dibina oleh 3 tenaga pendidik alumni Gontor. Pada periode ini pembinaan santri diarahkan untuk persiapan mengikuti ujian masuk pondok Gontor. Oleh karena itu kurikulum yang diterapkan hanya meliputi beberapa bidang studi yang dijadikan materi ujian masuk Pondok Modern Gontor.

III. Periode transisi orientasi (1991-1993)

Respon positif masyarakat terhadap Pondok al-Kautsar diindikasikan dengan bertambahnya jumlah santri pada setiap tahunnya. Perkembangan ini mengubah orientasi awal pesantren menjadi lembaga pendidikan yang mengajarkan berbagai kurikulum pondok pesantren modern sebagaimana KMI Pondok Modern Gontor. Perubahan ini diikuti perubahan struktur yayasan untuk efektifitas pengelolaan pesantren al-kautsar ke depan dan berganti nama menjadi Yayasan Balai Pendidikan al-Kautsar.

IV. Periode Perkembangan (1993-Sekarang)

Semenjak periode ini Pondok Modern al-Kautsar menjadi Pontren binaan Pondok Modern Gontor di bawah kepemimpinan al-Ustadz Drs. Abd.Rahman Qaharuddin. Tahun 1993 dibuka program Tsanawiyah dan diikuti program Aliyah tahun 1994. hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada alumni KMI agar dapat melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi baik swasta maupun negeri. Penerapan kurikulum KMI dan Depag dilakukan secara integral.

Perkembangan lain diantaranya penambahan fasilitas dan berbagai sarana serta pembenahan managerial pondok secara menyeluruh. Arah pendidikan yang diselenggarakan Pondok Modern al-Kautsar semakin terarah berdasarkan Visi, Misi, tujuan dan rencana strategis yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 2002/2003.

JIWA PONDOK PESANTREN

Nilai-nilai positip yang senantiasa ditanamkan di Pondok Modern al-Kautsar terimplementasi pada Panca Jiwa Pondok sebagaimana Pondok Gontor. Penyikapan nilai tersebut bukan saja dilakukan oleh setiap guru, santri, karyawan dan keluarga pondok melainkan juga harus disikapi oleh Pondok Modern al-Kautsar sebagai lembagai pendidikan. Lima jiwa yang memotivasi seluruh gerak pondok modern al-kautsar sebagai berikut :

1. Keikhlasan

2. Kesederhanaan

3. Kemandirian

4. Ukhuwah Islamiyah

5. Berjiwa bebas

STATUS LEMBAGA

Pondok Modern al-kautsar berstatus swasta penuh yang merupakan wakaf Bapak H. Syarifuddin Rasyid seluas 2 Ha dan dikembangkan di bawah Yayasan Balai Pendidikan Pondok al-Kautsar dengan akte notaris No. 59 Tanggal 17 Januari 1995. Berorientasi integral pada sistem Pendidikan Pondok Modern Gontor dan sistem Pendidikan Nasional.

VISI, MISI, DAN TUJUAN

VISI : Sebagai Pusat Pendidikan Islam, Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat yang Berjiwa Pesantren tahun 2020.

Misi :

1. Melaksanakan pendidikan untuk membentuk pribadi yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas.

2. Melakukan pendalaman dan pengembangan ilmu-ilmu keislaman.

3. Melakukan pemberdayaan masyarakat yang sinergi, partisipatif, dan kooperatif dalam bidang keagamaan, ekonomi dan sosial-budaya.

Tujuan :

1. Membentuk pribadi yang berjiwa Ikhlas, sederhana, mandiri, ukhuwah islamiyah, dan bebas serta berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas.

2. Membentuk milieu yang mampu mengkaji, mendalami dan mengembangkan ilmu-ilmu keislaman berdasarkan al-Qur’an dan al-Sunnah.

3. Membentuk masyarakat Islam yang dinamis, partisipatif dan kooperatif dalam bidang keagamaan, ekonomi dan sosial-budaya.

SISTEM PENDIDIKAN :

Pendidikan klasikal berasrama yang memadukan Tri Pusat Pendidikan dalam sistem pembinaan 24 Jam.

Lembaga pengajaran formal adalah KMI (Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah) yang dipadukan dengan program Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah. Masa pendidikan KMI 6 tahun untuk tamatan SD/MI yaitu 3 tahun pertama setingkat Tsanawiyah dan 3 tahun kedua setingkat Aliyah.

Bagi tamatan MTs/SLTP atau yang sederajat dapat mengikuti pendidikan KMI program 4 tahun (Intensif). Lulusan KMI al-Kautsar mendapatkan dua ijazah yaitu KMI (pondok) dan Aliyah.

Kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum Pondok Modern Gontor dan Departemen Agama secara terpadu.

Kegiatan ekstra-kulikuler : Qira’atul Qur’an, diskusi ilmiyah, pidato dalam tiga bahasa( Indonesia, Arab dan Inggris) , Ketrampilan dasar komputer dan multi media, kaligrafi, lukis, musik, bela diri, olah raga, pramuka dll.

PENUTUP

Potret Pondok Modern al-Kautsar dalam bingkai profil yang Anda baca barangkali tidak memberikan gambaran sempurna. Tapi, mudah-mudahan representatif untuk menjelaskan kondisi empirik AL-Kautsar. Tentunya, Pembaca yang budiman, menemukan berbagai kekurangan dan untuk itu, kami berharap anda dapat memberikan konstribusi konstruktif sehingga al-Kautsar senantiasa melakukan perbaikan dan menjadi lembaga pendidikan yang selalu belajar.

Sangat disadari bahwa Visi-Misi yang dicanangkan tidak akan tercapai jika AL-Kautsar tanpa dukungan masyarakat dan masyarakat al-Kautsar adalah seluruh bangsa Indonesia. Oleh karenanya kita semua memiliki tanggungjawab yang sama dalam memajukan pesantren ini.